Mmmh.., pagi yang ringan dan (sebenarnya) saya hanya ingin berpikir
tentang hal-hal ringan, bukan analisa, logika, bahkan filosofi yang paling
sederhana. Menikmati sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, menghirup
udara yang masih berbau embun pagi bercampur debu yang belum terlalu
pekat. Lalu saya mulai berusaha menerima apapun yang terlihat kasat
mata.
Seorang ibu memakai daster lusuh, wajahnya tampak kosong
menanti di pinggir jalan. Gadis muda yang wajahnya penuh bekas jerawat,
sibuk dengan telepon selularnya. Bapak-bapak paruh baya yang tampak lelah,
kantung matanya terlihat sangat jelas. Seseorang yang sudah tampak
berumur, tapi masih memakai seragam sekolah sedang bergumam sendiri
sambil menghitung kendaraan yang berlalu lalang. Wanita hamil, yang
sekali-kali mengelus perutnya, entah mengapa dimata saya dia tampak
cantik sekali.
Ada beberapa wajah yang terekam, berusaha saya terima
sebagaimana adanya mereka. Tapi seperti biasa, pikiran saya mulai
tergelitik untuk mengimajinasi mereka dalam versi "saya"; tentang
bagaimana kehidupan mereka, tentang apa yang ada dalam pikirannya,
tentang bagaimana mereka memandang dunia. Sebenarnya saya ingin
bercerita panjang lebar disini, tapi saya khawatir hal itu akan terasa
membosankan dengan beberapa halaman yang bisa saya tuliskan tentang
"mereka dalam versi saya".
Justru yang muncul sekarang adalah sebuah kalimat besar yang tergantung dalam pemikiran:
"Setiap orang punya kehidupannya masing-masing"
Apapun yang saya pikirkankan ataupun analisa, tak akan merubah apapun dalam kehidupan nyata mereka.
"Setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri"
Kalimat ini justru yang terasa menohok saya. Sebuah kalimat yang memaksa saya untuk berkaca.
Tanpa
sadar seringkali kita menyalahkan keadaan dan orang lain disekitar kita
atas apa-apa yang kita alami (bahkan yang kita rasakan).
Kita
menyalahkan sistem perusahaan, pimpinan di kantor, suami, istri, anak,
teman-teman atas "ketidakbahagiaan". Kita sibuk menghitung kesalahan mereka,
tanpa mau berusaha mencari dalam diri sendiri, apa sebenarnya yang
membuat segala sesuatunya "tampak salah"?
Benarkah mereka yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang kita rasakan? Yakinkah kita
benar-benar memahami jalan pikiran mereka? Atau itu hanya sekedar analisa
kita sendiri atas "niat" baik atau buruk mereka? Mampukan kita mengendalikan
segala apa yang seharusnya mereka pikirkan atau lakukan untuk kita.
Jawabannya adalah jelas: TIDAK
Kita
tidak pernah bisa (benar-benar) mengerti jalan pikiran, niat, bahkan
tindakan, apalagi menyuruh mereka (orang lain) untuk berpikir, bersikap
dan bertindak seperti apa yang kita mau.
Apa yang (paling) bisa kita
lakukan adalah: mengendalikan diri kita sendiri, menyangkut pemikiran,
sikap, tindakan, meyakini tentang "kebenaran" kita sendiri, dan biarkan
orang lain mengukur dan menilainya, karena itu hak mereka sepenuhnya.
Mungkin
sebaiknya saya cukupkan saja tulisan saya ini sampai disini, silahkan
pahami sendiri, saya pun sedang dalam proses untuk (berusaha) memahami,
mengurai dan tidak memperumit pemikiran. Karena, hal sederhana untuk
memulai semua itu adalah:
"Maaf kan dirimu sendiri"
Sebuah catatan pagi, 14 Mei 2014
*Especially for Yusti
*Backsound: "Let it go" - Demi Lovatto (ost: Frozen)